Campang Tiga Sidomulyo Lampung Selatan
468x60
FAJAR HERIMAN, S.Pd.I
Kepala MTs Darul Fatah Sidomulyo Lampung Selatan - Selamat datang di blog MTs Darul Fatah mari kita tingkatkan kuwalitas dan kuwantitas pendidikan dilingkungan kementerian Agama sehingga kita dapat menciptakan peserta didik yang berprestasi......
SEPTI SUHARWITA, M.Pd.I
Staff Mapenda Kemenag Lamsel - Selamat datang di blog MTs Darul Fatah mari kita tingkatkan kuwalitas dan kuwantitas pendidikan dilingkungan kementerian Agama sehingga kita dapat menciptakan peserta didik yang berprestasi......
SOSIALISASI BOS TAHUN 2012
Selamat datang di blog MTs Darul Fatah mari kita tingkatkan kuwalitas dan kuwantitas pendidikan dilingkungan kementerian Agama sehingga kita dapat menciptakan peserta didik yang berprestasi......
Pramuka Siswa MTs Darul Fatah
Selamat datang di blog MTs Darul Fatah mari kita tingkatkan kuwalitas dan kuwantitas pendidikan dilingkungan kementerian Agama sehingga kita dapat menciptakan peserta didik yang berprestasi......
Pramuka Siswi MTs Darul Fatah
Selamat datang di blog MTs Darul Fatah mari kita tingkatkan kuwalitas dan kuwantitas pendidikan dilingkungan kementerian Agama sehingga kita dapat menciptakan peserta didik yang berprestasi......
Penerimaan Siswa Baru

![]() |
BROSUR PSB TP. 2012/2013





PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development) , Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
Contoh RPP
No
|
Kegiatan Belajar
|
Waktu
|
Keterangan
|
|
1.
2.
|
Pendahuluan
a.
Apersepsi
Mempersiapkan
kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan
kelas, dan lain-lain)
b. Memotivasi
Melakukan
penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan di
ajarkan
c. Memberikan informasi tentang
kompetensi yang akan
dicapai
Kegiatan Inti:
a.
Eksplorasi
-
Siswa dikelompokkan 3 -
tim
-
Tiap tim di beri materi yang beda
-
Tiap tim diberi materi yang ditugaskan
b.
Elaborasi
-
Anggota tim yang beda yang telah mempelajari sub-sub
pelajaran dengan tim ahli untuk berdiskusi
-
Setelah berdiskusi sebagai tim ahli, tiap tim kembali
ke kelompok asal untuk berdiskusi hasil yang diperoleh atau hasil yang
disepakati
c.
Konfirmasi
-
Tiap tim memperosentasikan hasil diskusi
-
Guru meluruskan dan mengevaluasi
|
10
menit
20
menit
|
||
3.
|
Penutup
a. Guru dan siswa memantapkan materi yang diajarkan
b.
Refleksi
c.
Tindak lanjut berupa tugas rumah
|
10 menit
|
||
No
|
Kegiatan Belajar
|
Waktu
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
|
Pendahuluan
a. Apersepsi
Mempersiapkan
kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan
kelas, dan lain-lain)
b. Memotivasi
Melakukan
penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan di
ajarkan
c.
Mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya
d.Memberikan
informasi tentang kompetensi yang akan
dicapai
Kegiatan Inti
a.
Eksplorasi
-
Siswa dikelompokkan 3 -
tim
-
Tiap tim di beri materi yang beda
-
Tiap tim diberi materi yang ditugaskan
-
b.
Elaborasi
-
Anggota tim yang beda yang telah mempelajari sub-sub
pelajaran dengan tim ahli untuk berdiskusi
-
Setelah berdiskusi sebagai tim ahli, tiap tim kembali
ke kelompok asal untuk berdiskusi hasil yang diperoleh atau hasil yang
disepakati
c.
Konfirmasi
-
Tiap tim memperosentasikan hasil diskusi
-
Guru meluruskan dan mengevaluasi
Penutup
a. Guru dan siswa memantapkan materi yang diajarkan
d.
Refleksi
e.
Tindak lanjut berupa tugas rumah
|
10 menit
20 menit
10 menit
|
No
|
Nama Siswa
|
Berpendapat
|
Bertanya
|
Menanggapi
|
Memberi Kesempatan
Bertanya
|
Kerja Sama
|
Jumlah
Skor
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
Labels
- Artikel (2)
- Proposal Skripsi (1)
- Skripsi (1)
Arsip Blog
Labels
- Artikel (2)
- Proposal Skripsi (1)
- Skripsi (1)
Labels
- Artikel (2)
- Proposal Skripsi (1)
- Skripsi (1)
Labels
- Artikel (2)
- Proposal Skripsi (1)
- Skripsi (1)