USAHA
GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PESERTA DIDIK SDN 01 SIDOMULYO
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam sangat
penting bagi peserta didik di mana pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
sangat memerlukan tuntunan, bimbingan dan dorongan serta pengarahan agar anak
dapat menguasai dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar.
Pendidikan agama Islam berarti “bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran Islam”. Artinya bahwa setiap
manusia yang diciptakan oleh Allah SWT agar dapat menjalankan dan mengamalkan
ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai ibadah kepada Allah
SWT, hal sebagaimana dijelaskan di dalam al Quran surat adz Dzariat ayat 56
yaitu :
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam
kehidupan anak juga dapat ditinjau dari fungsinya, seperti yang dikemukakan
oleh Arifin. HM “untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah
SWT di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan juga memiliki kemampuan
mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku
berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam”.
Berdasarkan kutipan tersebut dapat penulis perjelas bahwa Pendidikan Agama
Islam itu mempunyai peranan yang sangat
penting di dalam pengembangan kepribadian anak, baik secara individu maupun
secara sosial. Firman Allah dalam surat at Taubah ayat 122 yaitu:
... فَلَوْ لاَ
نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْ قَةٍ مِنْهُمْ طَا ئِفَةٌ لِيَتفَقَّهُوْافِى الدِّ يْنِ ..
Artinya : “...Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan
agama ...”. (QS. at taubah 122)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita sebagai orang Islam wajib
untuk menuntut ilmu sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّم طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ ( رواه
ابن ماجه)
Artinya ; “Dari Anas bin Malik berkata :
Telah bersabda Rasulallah SAW menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim
laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Majah)
Berdasarkan keterangan hadits di atas bahwa setiap orang muslim itu
diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan agama Islam agar dapat memperoleh
pengetahuan tentang syariat Islam sehingga di dalam menjalankan tugas sebagai
umat di muka bumi ini mendapat kebahagiaan.
Di dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, Pendidikan Agama
Islam merupakan hal yang paling penting
di dalam membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang menjadi insan kamil,
cerdas dan terampil sekaligus bertaqwa kepada Allah SWT., dengan demikian maka
akan tercipta masyarakat adil dan makmur. Hal tersebut sesuai dengan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal
3 menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka
harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran yang penyelenggaraannya
betul-betul memikirkan akan perkembangan peserta didik sehingga apa yang
diupayakan dan tujuan yang diinginkan oleh guru dalam menanamkan ilmu
pengetahuan agama Islam terhadap peserta didik akan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
Selain dibutuhkan kepedulian semua pihak dalam rangka menyukseskan tujuan
di atas, juga yang harus diperhatikan adalah adanya berbagai macam faktor yang
dapat menghambat tujuan tersebut, satu di antaranya adalah adanya minat belajar
peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang sedang dipelajari dalam hal ini
pendidikan agama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh
Bimo Walgito, yaitu:
“Apabila anak telah mempunyai minat belajar, maka
akan mendorong individu itu berbuat sesuai dengan minatnya dan minat ini
memperbesar motif yang ada pada individu. Berhubungan dengan itu maka perlu
dibangkitkan adanya minat dari anak-anak”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis perjelas bahwa dengan adanya
minat belajar dapat memudahkan diri peserta didik dalam mempelajari suatu
materi pelajaran. Termasuk juga dalam mempelajari agama Islam yang sedang
dipelajari dan sedang dihadapi oleh peserta didik . Hanya permasalahannya
bagaimana seorang guru dapat mengasuh akan agar peserta didiknya dapat memiliki
minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.
M
inat belajar
adalah
"sumber hasrat belajar, minat itu erat hubungannya dengan kepribadian
seseorang, ketiga fungsi jiwa kognisi, emosi dan konasi terdapat dalam minat
kadang-kadang minat itu timbul dengan sendirinya dan kadang-kadang
diusahakan".
Minat belajar juga merupakan kemampuan hati seseorang kepada sesuatu dengan
perasaan senang, karena ia merasa ada kepentingan terhadap sesuatu itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rustiyah bahwa :
“Proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan peserta didik nya, proses itu dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam
proses itu sendiri. Jadi cara belajar peserta didik dipengaruhi oleh relasinya
dengan gurunya di dalam relasi yang baik peserta didik akan menyukai
pelajarannya sehingga peserta didik akan berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
Jika peserta didik tidak menyukai gurunya ia juga enggan mempelajari apa yang
diajarkan gurunya, akibatnya pelajarannya tidak maju dan prestasinya rendah”
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa minat belajar peserta didik
sangat penting dalam belajar, oleh karena itu guru harus benar-benar berusaha
meningkatkan minat belajar pada diri peserta didik , guru harus dapat
merangsang dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi peserta didik ,
menumbuhkan aktivitas dan kreativitas peserta didik sehingga akan terjadi
proses belajar mengajar yang baik.
Membangkitkan minat belajar dalam belajar adalah merupakan tugas pokok dan
utama bagi seorang guru, karena seorang guru mempunyai pengaruh yang besar
dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wayan Nucaksana dan Sumartana bahwa “setiap guru berkewajiban meningkatkan
minat belajar peserta didik. Minat merupakan komponen penting dalam kehidupan
pada umumnya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru yang
mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam pekerjaannya mengajar”.
Sejalan dengan pendapat di atas, WS. Winkel juga mengemukakan pendapatnya
bahwa “berprofesi sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak harus
ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan
suasana aman. Di lain pihak harus memberikan tugas, mengadakan koreksi,
mendorong peserta didik agar mencapai tujuan belajar dan menilai”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis perjelas bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar sangat penting,
guru sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar harus mampu membantu peserta
didiknya dalam mencapai tujuan belajar. Salah satu upaya guru yang sangat
dominan adalah meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga peserta didik
akan merasa senang, semangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran yang sedang
dihadapinya dengan demikian tujuan belajar akan dapat dicapai dengan baik.
Untuk meningkatkan minat belajar yang tinggi, guru harus mampu melakukan berbagai
upaya secara semaksimal mungkin, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan
oleh Roestiyah, NK. “guru yang baik harus dapat melakukan berbagai upaya semaksimal
mungkin agar anak memiliki minat belajar yang tinggi terhadap semua pelajaran,
walaupun anak itu suka/tidak suka pada pelajaran itu”.
Di samping itu guru harus membuat peserta didik bersemangat ketika menerima
pelajaran, dan menciptakan suasana yang tenang ketika proses belajar mengajar
berlangsung sehingga materi pelajaran dapat mudah diterima, hal ini sesuai
dengan pendapat Sumardi Suryabrata “guru harus mampu mengatasi peserta didik yang
malas, dan tidak semangat untuk menerima pelajaran serta tidak memelihara
ketenangan kelas, supaya tidak menemukan kesulitan saat penyajian materi”.
Adapun minat belajar peserta didik itu sendiri, menurut S. Nasution dapat
ditingkatkan dengan cara :
1. Meningkatkan suatu kebutuhan (kebutuhan
untuk mendapatkan penghargaan).
2. Menghubungkan pengalaman lampau.
3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik.
4. Menggunakan berbagai macam metode mengajar”.
Pendapat lain menyatakan bahwa minat belajar peserta didik dapat
ditingkatkan dengan cara :
1.
Usahakan
agar tujuan pelajaran menjadi jelas dan menarik
2.
Guru
sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikannya
3.
Ciptakan
suasana yang menyenangkan
4.
Usahakan
agar anak-anak turut serta dalam pelajaran.
5.
Memberikan
pujian (hadiah) atas kemajuan anak
6.
Pekerjaan
dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.
7.
Menunjukkan
hasil belajar kepada peserta didik (evaluasi)
8.
Menghargai
pekerjaan murid.
Hal-hal tersebut di atas sangat urgen sekali untuk dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam, hal ini mengingat peran mereka yaitu :
1.
Guru
sebagai fasilitator adalah memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar.
2.
Guru
sebagai pembimbing adalah memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam
interaksi belajar, agar peserta didik mampu belajar dengan lancar dan berhasil
secara efektif dan efisien.
3.
Guru
sebagai motivator adalah memberikan dorongan semangat agar peserta didik agar
rajin dan giat untuk belajar.
4.
Guru
sebagai organisator adalah mengelola kegiatan belajar mengajar yang efektif dan
efisien pada diri peserta didik.
5.
Guru
sebagai sumber informasi adalah guru dapat memberikan berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh peserta didik berkenaan dengan masalah pengetahuan,
keterampilan maupun sikap.
Nana Sudjana berpendapat bahwa peserta didik yang memiliki minat belajar
yang baik dapat dilihat dari indikasi tersebut di bawah ini:
1.
Bertanya
kepada guru atau peserta didik lain.
2.
Mengajukan
pendapat atau komentar kepada guru atau peserta didik.
3.
Diskusi
atau memecahkan masalah.
4.
Mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
5.
Membuat
kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.
6.
Memberikan
contoh yang baik.
7.
Dapat
memecahkan masalah dengan tepat.
8.
Ada
usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan.
9.
Bisa
bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain.
10.
Dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran.
Berdasarkan hasil penyebaran angket pada saat pra survey terhadap peserta
didik kelas IV dan V di SDN 01 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan, diketahui bahwa guru pendidikan agama
Islam telah melakukan berbagai usaha secara
maksimal dalam membangkitkan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran
agama Islam, sebagimana tabel ibawah ini :
Tabel 1
Upaya Guru
Pendidikan Agama Islam
Dalam
Membangkitkan Minat Belajar di SDN 1 Sidomulyo
No
|
Perihal
|
Jawaban Peserta Didik
|
Jumlah
|
Selalu
|
Kadang-kadang
|
Tidak Pernah
|
1
|
Aktif dan bersemangat memberikan pelajaran
|
42
|
2
|
0
|
44
|
2
|
Menjelaskan
tujuan pembelajaran pada saat memulai pelajaran
|
44
|
0
|
0
|
44
|
3
|
Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
|
40
|
4
|
0
|
44
|
4
|
Memberikan
tugas setiap selesai pelajaran
|
40
|
0
|
0
|
44
|
5
|
Menggunakan
berbagai macam metode mengajar
|
42
|
2
|
0
|
44
|
6
|
Menggunakan
berbagai media belajar dan alat peraga
|
38
|
6
|
0
|
44
|
7
|
Menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan
|
43
|
1
|
0
|
44
|
8
|
Memberi pujian atau hadiah kepada peserta didik
yang berprestasi
|
39
|
5
|
0
|
44
|
8
|
Menunjukan
hasil pekerjaan kepada peserta didik
|
44
|
0
|
0
|
44
|
10
|
Mengadakan
evaluasi belajar setiap materi pelajaran selesai
|
43
|
1
|
0
|
44
|
Sumber : Hasil penyebaran angket pada saat
pra survey
Namun usaha tersebut di atas belum menunjukkan hasil yang maksimal, hal ini
dapat dilihat dari hasil penyebaran kuesioner pada saat pra survey diketahui bahwa
minat belajar peserta didik khususnya kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten
Lampung Selatan terhadap bidang sudi pendidikan agama Islam masih kurang. Hal ini tergambar dalam label
dibawah ini :
Tabel 2
Minat
Belajar Peserta Didik Kelas IV dan V
Mata
pelajaran PAI SDN 1 Sidomulyo TP. 2009-2010
No
|
Perihal
|
Jawaban Peserta Didik
|
Jumlah
|
Selalu
|
Kadang-kadang
|
Tidak Pernah
|
1
|
Bertanya apabila kurang jelas terhadap materi pelajaran
|
0
|
2
|
42
|
44
|
2
|
Mengajukan
pendapat atau komentar kepada guru atau peserta didik
|
0
|
1
|
43
|
44
|
3
|
Diskusi atau
memecahkan masalah
|
0
|
0
|
44
|
44
|
4
|
Mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru
|
14
|
26
|
4
|
44
|
5
|
Membuat
kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya
|
2
|
10
|
32
|
44
|
6
|
Memberikan
contoh yang baik
|
26
|
18
|
0
|
44
|
7
|
Dapat
memecahkan masalah dengan tepat
|
2
|
13
|
29
|
44
|
8
|
Ada motivasi
untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan
|
9
|
24
|
11
|
44
|
9
|
Bisa bekerja
sama dan berhubungan dengan peserta didik lain.
|
19
|
25
|
0
|
44
|
10
|
Dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran
|
2
|
12
|
30
|
44
|
Sumber : Hasil penyebaran angket pada saat
pra survey
Berdasarkan tabel di atas jelas bahwa minat belajar peserta didik khususnya
kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan terhadap bidang studi
pendidikan agama Islam secara mayoritas
tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat dari jawaban tersebut di atas yang
secara mayoritas menjawab tidak pernah dan kadang-kadang. Kondisi di atas
disebabkan beberapa macam faktor yang
menyebabkan peserta didik kurang memiliki minat belajar yang tinggi. Kondisi
inilah yang memotivasi penulis untuk mengungkap secara lebih tajam dan konperehensif
dalam sebuah karya tulis ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Menurut Suryadi Suryabrata, yang dimaksud masalah adalah "adanya kesenjangan
antara dassolen (yang seharusnya) dan dassein (kenyataan yang
terjadi), ada perbedaan yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan,
antara harapan dan kenyataan yang sebenarnya".
Jadi yang dimaksud dengan masalah adalah adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan. Oleh sebab itu masalah perlu
dipecahkan dan dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang penulis
rumuskan adalah sebagai berikut "Bagaimana usaha guru pendidikan agama
Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik di SDN 1 Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan"?.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar
peserta didik di SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
2.
Ingin
mengetahui berbagai macam faktor yang mempengaruhi usaha guru pendidikan agama
Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik di SDN 1 Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
1.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi bahan
informasi positif dan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan upaya guru
pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik khususnya
pelajaran pendidikan agama Islam.
D. Metode Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah "seluruh
penduduk/obyek yang dimaksudkan untuk diselidiki atau diteliti".
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh individu baik itu
merupakan orang dewasa, peserta didik atau anak-anak dan objek lain sebagai
sasaran penelitian tertentu.
Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah 89 peserta didik. Adapun latar
belakang mengapa kelas I, II dan III tidak dijadikan populasi dalam penelitian adalah
karena menurut asumsi penulis belum dapat menjawab kuesioner yang dibagikan sedangkan
kelas VI dikhawatirkan akan mengganggu persiapan ujian akhir baik ujian
nasional maupun ujian sekolah dan ujian-ujian lainnya.
Mengingat jumlah populasi kurang dari
seratus orang, maka dalam penelitian ini semua populasi tersebut dijadikan
obyek penelitian, sehingga penelitian bernama penelitian populasi, hal ini
sesuai dengan pendapatnya Suharsimi
Arikunto bahwa "jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua
hingga penelitiannya berupa penelitian populasi, tetapi jika subyeknya lebih
besar dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 atau 20 - 25 atau lebih".
Berdasarkan pendapat di atas penulis
menetapkan anggota sampel dalam penelitian ini berjumlah 89 peserta didik.
2. Alat Pengumpul Data
- Metode Kuesioner
Angket atau
kuesioner adalah "suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya
banyak menyangkut kepentingan umum dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu
daftar pertanyaan berupa lembaran formulir yang diajukan secara tertulis kepada
sejumlah subjek penelitian untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis
yang dibutuhkan".
Pendapat lain
menyatakan bahwa kuesioner adalah "merupakan suatu daftar yang berisikan
suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu bidang, dengan
demikian maka kuesioner diperoleh data berupa jawaban-jawaban dari
responden".
Berdasarkan
kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kuesioner merupakan suatu daftar
pertanyaan tertulis untuk mendapatkan jawaban suatu permasalahan tertentu serta
untuk mendapatkan fakta-fakta dan informasi tentang diri responden serta untuk
mendapatkan data tentang keberadaan suatu obyek yang diteliti.
Apabila ditinjau dari segi pemakaiannya,
kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Kuesioner langsung adalah jika pertanyaan
langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinan atau
dimintai untuk menceritakan tentang keadaan diri sendiri.
b. Kuesioner tak langsung adalah jika daftar
pertanyaan dikirim kepada seseorang (responden) yang menceritakan dengan apa adanya tentang keadaan orang lain.
Adapun kuesioner yang digunakan yaitu
kuesioner langsung yang ditujukan kepada peserta didik kelas IV dan V SDN 1
Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Jenis kuesioner yang penulis gunakan
adalah kuesioner tipe pilihan dimana setiap item terdapat tiga alternatif
jawaban yaitu a, b dan c.
Metode ini dijadikan sebagai metode pokok
untuk memperoleh data tentang usaha guru pendidikan agam Islam dalam
membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan.
b. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap
fenomena-fenomena obyek yang diteliti secara obyektif dan hasilnya akan dicatat
secara sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang kondisi di
lapangan. Sebagaimana pendapat bahwa "observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki".
Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa metode observasi
merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
berbagai kondisi yang terjadi di obyek penelitian.
Adapun jenis metode observasi berdasarkan peranan yang
dimainkan dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk sebagai berikut:
1.
Observasi partisipan
yaitu peneliti adalah
bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya
observasi.
2.
Observasi
non partisipan yaitu dalam observasi ini peranan tingkah laku peneliti dalam
kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang di amati kurang dituntut.
Dalam
penelitian ini digunakan jenis observasi non partisipan, dimana peneliti tidak
turut ambil bagian dalam kehidupan orang
yang diobservasi atau diteliti.
Metode
ini digunakan untuk mengobservasi usaha
guru pendidikan agama Islam
dalam membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten
Lampung Selatan.
- Metode Interview
Interview
adalah "suatu tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan
mendengarkan dengan telinganya sendiri".
Pendapat lain
menyatakan bahwa interview adalah "suatu percakapan yang diarahkan kepada
suatu masalah tertentu, dan ini merupakan tanya jawab dengan menggunakan lisan
dalam dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik, interview sama
dengan bincang-bincang".
Berdasarkan pengertian di atas, jelas
bahwa metode interview merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi dengan
jalan mengadakan komunikasi langsung antar dua orang atau lebih serta dilakukan
secara lisan.
Apabila dilihat dari sifat atau teknik
pelaksanaannya, maka interview dapat dibagi atas tiga :
1.
Interview
terpimpin adalah wawancara yang menggunakan pokok-pokok masalah yang diteliti.
2.
Interview
tak terpimpin (bebas) adalah proses wawancara dimana interviewer tidak sengaja
mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok dari fokus penelitian dan interviewer.
3.
Interview
bebas terpimpin adalah kombinasi keduanya, pewawancara hanya membuat
pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara
berlangsung mengikuti situasi.
Dalam penelitian ini digunakan Interview
bebas terpimpin yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.
Metode ini digunakan untuk mewawancarai
guru mata pelajaran pendidikan agama Islam tentang usaha guru pendidikan agama
Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten
Lampung Selatan, juga ditujukan kepada Kepala Sekolah sebagai informan untuk
mendapatkan data berkenaan dengan kondisi obyektif sekolah.
- Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu proses
pengumpulan data dengan cara mencari data-data tertulis sebagai bukti
penelitian. Dokumentasi adalah "mencari data mengenai berbagai hal yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
dipahami bahwa metode dokumentasi salah satu cara untuk menghimpun data
mengenai hal-hal tertentu, melalui catatan-catatan, dokumen yang disusun oleh
suatu instansi atau organisasi-organisasi tertentu.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kondisi obyektif SDN 1 Sidomulyo
Kabupaten Lampung Selatan seperti sejarah berdirinya, jumlah peserta didik,
jumlah guru, bentuk sarana dan prasarana dan lain-lain.
3. Analisa
Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner dari para responden, maka tahap
selanjutnya adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing adalah pengecekan terhadap
data-data dan bahan-bahan yang telah diberikan oleh responden, terutama
pengecekan hasil jawaban kuesioner dari peserta didik.
b. Klasifikasi yaitu upaya mengelompokkan
masing-masing jenis data sehingga dengan mudah memilih data yang ada kemudian
dihitung jumlah pada masing-masing jenis dan dicari persentasinya dengan rumus
sebagai berikut: P =
% dengan keterangan sebagai berikut :
P = Persentasi/probalitas akan seluruh
peristiwa dan probalitas ini dapat diubah
menjadi prosentasi.
F =
Frekuensi, (besar kemungkinan berhasil tidaknya seluruh peristiwa )
N =
Jumlah sampel / banyaknya data..
c. Tabulasi adalah memasukkan data yang telah
dihitung persentasinya kedalam sebuah tabel kemudian interpretasi adalah
memberikan penafsiran terhadap persentase jawaban kuesioner.
Dari hasil interpretasi
itu kemudian digabungkan dengan data yang diperoleh melalui observasi dan
interview sehingga dapat dilihat kenyataan/fakta konkret di lapangan dan
dianalisa secara induktif sebagaimana pendapat bahwa berpikir induktif yaitu
pemikiran yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus
kemudian dari fakta-fakta yang khusus tersebut ditarik
generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.
E. Waktu dan Rencana Anggaran
Biaya Penelitian
Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut :
1. Pengumpulan
data : 15 hari
2. Pelaksanaan
penelitian : 30 hari
3. Pengolahan
data : 15 hari
4. Penggandaan
laporan : 05 hari
Jumlah :
65 hari
Adapun rencana biaya sebesar Rp. 1.950.000,- dengan perincian sebagai
berikut :
1. Pengumpulan
data = Rp. 250.000,-
2. Pembelian
Buku : l0 X Rp. 50.000,- = Rp.
500.000,-
3.
Transportasi : 10 X Rp. 20.000,- =
Rp. 200.000,-
4. Biaya
Pengetikan
= Rp. 200.000,-
5. Biaya
Ujian
= Rp. 200.000,-
6. Penggandaan
Skripsi : 6 exs Rp. 100.000 = Rp.
600.000.-
Jumlah
= Rp. 1.950.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono,Statistik Pendidikan, Raja
GrafindoPersada, Jakarta, 2007.
Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama
Islam di Sekolah dan
Keluarga,
Bulan Bintang Jakarta,1976
Bimo Walkito, Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah,
Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi
UGM., Yogyakarta, 1985.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian,
Bumi Aksara, Jakarta,
1997.
Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya,
Toha Putra, Semarang, 1989.
Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat,
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,
1993.
Muhammad Fuad Al Baihaqy, Sunan Ibnu Majah, Juz
Awal Isa Babil Halabi
Wasyirka,
Mesir, 1954.
Muhammad Siddik, Konsep Pendidikan Formal dalam Islam,
Fakultas Tarbiyah
IAIN
Raden Intan Bandar Lampung, 2002.
Nana Sujana, Cara Belajar Peserta Didik Aktif dalam
Proses Belajar Mengajar,
Sinar
Baru, Bandung, 1989.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia,
Jakarta, 1991.
, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 1994.
Roestiyah, NK, Didaktik Metodik, Cet III, Bina
Aksara, Jakarta, 1986.
, Masalah
Belajar sebagai Suatu Sistem, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
Sadirman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,
Raja Grafindo Persada
Jakarta,
1995
S, Nasution, Didaktif Azas-azas Mengajar, Jamers,
Bandung, 1986.
, Metodologi
Penelitian Dasar, Bulan Bintang, Jakarta, 1994.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Bina
Aksara, Jakarta, 1998.
Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Cet I.
, Metodologi
Pengajaran, Rajawali, Jakarta, 1991.
Sutrisno Hadi, Metodology Research, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984,
Jilid I,
hlm. 158.
Siti Partini Suardiman, Psikologi Minat Belajar,
Studig, Yogyakarta, 1988.
Tim Penyusun, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003,
Sinar
Grafika, Jakarta, 2003.
Wayan Nucaksana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan,
Usaha Nasional, Surabaya,
1986.
WS. Winkel, Psikologi dan Evaluasi Belajar,
Gramedia, Jakarta, 1987.
Muhammad Siddik, Konsep Pendidikan Formal dalam
Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2002, hlm. 3.
Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya,
Toha Putra, Semarang, 1989.hlm. 862.
Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama
Islam di Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976, hlm. 15.
Muhammad Fuad Al Baihaqy, Sunan Ibnu Majah, Juz
Awal Isa Babil Halabi Wasyirka, Mesir, 1954, hlm. 81.
Tim Penyusun, Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 12.
Bimo Walkito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM., Yogyakarta, 1985, hlm. 126.
Roesstiyah, NK., Didaktik Metodik, Cet III, Bina Aksara, Jakarta,
1986, hlm. 34
Wayan Nucaksana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan,
Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 230.
WS. Winkel, Psikologi dan Evaluasi Belajar,
Gramedia, Jakarta, 1987., hlm. 194.
Sumardi Suryabrata, Metodologi Pengajaran,
Rajawali, Jakarta, 1991, hlm. 18.
S. Nasution, Didaktif Azas-azas Mengajar,
Jamers, Bandung, 1986, hlm. 85.
Roestiyah, Masalah Belajar sebagai Suatu Sistem,
Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm 39.
Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta Didik Aktif
dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 5
Suryadi Suryabrata, Metode Penelitian, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Cet I, hlm. 68.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1998, hlm. 115.
Sutrisno Hadi, Metodology Research, Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984, Jilid
I, hlm. 158.
Koenjaraningrat, Op. Cit., hlm. 189.
Kartini Kartono, Op. Cit.,, hlm. 171.
Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian,
Bumi Aksara, Jakarta, 1997, hlm. 83-85
share... :)