468x60

Contoh Proposal Srikpsi

Rabu, 25 April 2012


USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PESERTA DIDIK SDN 01 SIDOMULYO
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam  sangat penting bagi peserta didik di mana pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat memerlukan tuntunan, bimbingan dan dorongan serta pengarahan agar anak dapat menguasai dan mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar.
Pendidikan agama Islam  berarti “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”.[1] Artinya bahwa setiap manusia yang diciptakan oleh Allah SWT agar dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai ibadah kepada Allah SWT, hal sebagaimana dijelaskan di dalam al Quran surat adz Dzariat ayat 56 yaitu :

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

 

Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.[2]
Pentingnya Pendidikan Agama Islam  dalam kehidupan anak juga dapat ditinjau dari fungsinya, seperti yang dikemukakan oleh Arifin. HM “untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah SWT di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan juga memiliki kemampuan mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk bertingkah laku berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam”.[3]
Berdasarkan kutipan tersebut dapat penulis perjelas bahwa Pendidikan Agama Islam  itu mempunyai peranan yang sangat penting di dalam pengembangan kepribadian anak, baik secara individu maupun secara sosial. Firman Allah dalam surat at Taubah ayat 122 yaitu:
... فَلَوْ لاَ نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْ قَةٍ مِنْهُمْ طَا ئِفَةٌ لِيَتفَقَّهُوْافِى الدِّ يْنِ ..
Artinya : “...Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama ...”. (QS. at taubah 122)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita sebagai orang Islam wajib untuk menuntut ilmu sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ رَسُوْ لُ اللهِ صَلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ ( رواه ابن ماجه)

Artinya ; “Dari Anas bin Malik berkata : Telah bersabda Rasulallah SAW menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Majah)[4]
Berdasarkan keterangan hadits di atas bahwa setiap orang muslim itu diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan agama Islam agar dapat memperoleh pengetahuan tentang syariat Islam sehingga di dalam menjalankan tugas sebagai umat di muka bumi ini mendapat kebahagiaan.
Di dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, Pendidikan Agama Islam  merupakan hal yang paling penting di dalam membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang menjadi insan kamil, cerdas dan terampil sekaligus bertaqwa kepada Allah SWT., dengan demikian maka akan tercipta masyarakat adil dan makmur. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[5]

Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran yang penyelenggaraannya betul-betul memikirkan akan perkembangan peserta didik sehingga apa yang diupayakan dan tujuan yang diinginkan oleh guru dalam menanamkan ilmu pengetahuan agama Islam terhadap peserta didik akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Selain dibutuhkan kepedulian semua pihak dalam rangka menyukseskan tujuan di atas, juga yang harus diperhatikan adalah adanya berbagai macam faktor yang dapat menghambat tujuan tersebut, satu di antaranya adalah adanya minat belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang sedang dipelajari dalam hal ini pendidikan agama Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Bimo Walgito, yaitu:
“Apabila anak telah mempunyai minat belajar, maka akan mendorong individu itu berbuat sesuai dengan minatnya dan minat ini memperbesar motif yang ada pada individu. Berhubungan dengan itu maka perlu dibangkitkan adanya minat dari anak-anak”.[6]

Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis perjelas bahwa dengan adanya minat belajar dapat memudahkan diri peserta didik dalam mempelajari suatu materi pelajaran. Termasuk juga dalam mempelajari agama Islam yang sedang dipelajari dan sedang dihadapi oleh peserta didik . Hanya permasalahannya bagaimana seorang guru dapat mengasuh akan agar peserta didiknya dapat memiliki minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.
Minat belajar  adalah "sumber hasrat belajar, minat itu erat hubungannya dengan kepribadian seseorang, ketiga fungsi jiwa kognisi, emosi dan konasi terdapat dalam minat kadang-kadang minat itu timbul dengan sendirinya dan kadang-kadang diusahakan".[7]
Minat belajar juga merupakan kemampuan hati seseorang kepada sesuatu dengan perasaan senang, karena ia merasa ada kepentingan terhadap sesuatu itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustiyah bahwa :
“Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan peserta didik nya, proses itu dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar peserta didik dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya di dalam relasi yang baik peserta didik akan menyukai pelajarannya sehingga peserta didik akan berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Jika peserta didik tidak menyukai gurunya ia juga enggan mempelajari apa yang diajarkan gurunya, akibatnya pelajarannya tidak maju dan prestasinya rendah”[8]

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa minat belajar peserta didik sangat penting dalam belajar, oleh karena itu guru harus benar-benar berusaha meningkatkan minat belajar pada diri peserta didik , guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi peserta didik , menumbuhkan aktivitas dan kreativitas peserta didik sehingga akan terjadi proses belajar mengajar yang baik.
Membangkitkan minat belajar dalam belajar adalah merupakan tugas pokok dan utama bagi seorang guru, karena seorang guru mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Wayan Nucaksana dan Sumartana bahwa “setiap guru berkewajiban meningkatkan minat belajar peserta didik. Minat merupakan komponen penting dalam kehidupan pada umumnya dan dalam pendidikan dan pengajaran pada khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil di dalam pekerjaannya mengajar”.[9]
Sejalan dengan pendapat di atas, WS. Winkel juga mengemukakan pendapatnya bahwa “berprofesi sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman. Di lain pihak harus memberikan tugas, mengadakan koreksi, mendorong peserta didik agar mencapai tujuan belajar dan menilai”.[10]
Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis perjelas bahwa dalam kegiatan belajar mengajar upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar sangat penting, guru sebagai pembimbing dalam kegiatan belajar harus mampu membantu peserta didiknya dalam mencapai tujuan belajar. Salah satu upaya guru yang sangat dominan adalah meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga peserta didik akan merasa senang, semangat dan aktif dalam mengikuti pelajaran yang sedang dihadapinya dengan demikian tujuan belajar akan dapat dicapai dengan baik.
Untuk meningkatkan minat belajar yang tinggi, guru harus mampu melakukan berbagai upaya secara semaksimal mungkin, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Roestiyah, NK. “guru yang baik harus dapat melakukan berbagai upaya semaksimal mungkin agar anak memiliki minat belajar yang tinggi terhadap semua pelajaran, walaupun anak itu suka/tidak suka pada pelajaran itu”.[11]
Di samping itu guru harus membuat peserta didik bersemangat ketika menerima pelajaran, dan menciptakan suasana yang tenang ketika proses belajar mengajar berlangsung sehingga materi pelajaran dapat mudah diterima, hal ini sesuai dengan pendapat Sumardi Suryabrata “guru harus mampu mengatasi peserta didik yang malas, dan tidak semangat untuk menerima pelajaran serta tidak memelihara ketenangan kelas, supaya tidak menemukan kesulitan saat penyajian materi”.[12]
Adapun minat belajar peserta didik itu sendiri, menurut S. Nasution dapat ditingkatkan dengan cara :
1. Meningkatkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan).
2. Menghubungkan pengalaman lampau.
3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik.
4. Menggunakan berbagai macam metode mengajar”.[13]

Pendapat lain menyatakan bahwa minat belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan cara :
1.       Usahakan agar tujuan pelajaran menjadi jelas dan menarik
2.       Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikannya
3.       Ciptakan suasana yang menyenangkan
4.       Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran.
5.       Memberikan pujian (hadiah) atas kemajuan anak
6.       Pekerjaan dan tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.
7.       Menunjukkan hasil belajar kepada peserta didik (evaluasi)
8.       Menghargai pekerjaan murid.[14]

Hal-hal tersebut di atas sangat urgen sekali untuk dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam, hal ini mengingat peran mereka yaitu :
1.        Guru sebagai fasilitator adalah memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.
2.        Guru sebagai pembimbing adalah memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam interaksi belajar, agar peserta didik mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
3.        Guru sebagai motivator adalah memberikan dorongan semangat agar peserta didik agar rajin dan giat untuk belajar.
4.        Guru sebagai organisator adalah mengelola kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien pada diri peserta didik.
5.        Guru sebagai sumber informasi adalah guru dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik berkenaan dengan masalah pengetahuan, keterampilan maupun sikap.[15]

Nana Sudjana berpendapat bahwa peserta didik yang memiliki minat belajar yang baik dapat dilihat dari indikasi tersebut di bawah ini:
1.        Bertanya kepada guru atau peserta didik lain.
2.        Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau peserta didik.
3.        Diskusi atau memecahkan masalah.
4.        Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
5.        Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.
6.        Memberikan contoh yang baik.
7.        Dapat memecahkan masalah dengan tepat.
8.        Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan.
9.        Bisa bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain.
10.    Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran.[16]

Berdasarkan hasil penyebaran angket pada saat pra survey terhadap peserta didik kelas IV dan V di SDN 01 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan, diketahui bahwa guru pendidikan agama Islam  telah melakukan berbagai usaha secara maksimal dalam membangkitkan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran agama Islam, sebagimana tabel ibawah ini :
Tabel 1
Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Membangkitkan Minat Belajar di SDN 1 Sidomulyo

No

Perihal

Jawaban Peserta Didik

Jumlah

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1
Aktif  dan bersemangat memberikan pelajaran
42
2
0
44
2
Menjelaskan tujuan pembelajaran pada saat memulai pelajaran
44
0
0
44
3
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
40
4
0
44
4
Memberikan tugas setiap selesai pelajaran
40
0
0
44
5
Menggunakan berbagai macam metode mengajar
42
2
0
44
6
Menggunakan berbagai media belajar dan alat peraga
38
6
0
44
7
Menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan
43
1
0
44
8
Memberi pujian atau hadiah kepada peserta didik yang berprestasi
39
5
0
44
8
Menunjukan hasil pekerjaan kepada peserta didik
44
0
0
44
10
Mengadakan evaluasi belajar setiap materi pelajaran selesai
43
1
0
44
Sumber : Hasil penyebaran angket pada saat pra survey

Namun usaha tersebut di atas belum menunjukkan hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran kuesioner pada saat pra survey diketahui bahwa minat belajar peserta didik khususnya kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan terhadap bidang sudi pendidikan agama Islam  masih kurang. Hal ini tergambar dalam label dibawah ini :
Tabel 2
Minat Belajar Peserta Didik Kelas IV dan V
Mata pelajaran PAI SDN 1 Sidomulyo TP. 2009-2010

No

Perihal

Jawaban Peserta Didik

Jumlah

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
1
Bertanya  apabila  kurang jelas    terhadap    materi pelajaran
0
2
42
44
2
Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau peserta didik
0
1
43
44
3
Diskusi atau memecahkan masalah
0
0
44
44
4
Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
14
26
4
44
5
Membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya
2
10
32
44
6
Memberikan contoh yang baik
26
18
0
44
7
Dapat memecahkan masalah dengan tepat
2
13
29
44
8
Ada motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran yang diberikan
9
24
11
44
9
Bisa bekerja sama dan berhubungan dengan peserta didik lain.
19
25
0
44
10
Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran
2
12
30
44
Sumber : Hasil penyebaran angket pada saat pra survey

Berdasarkan tabel di atas jelas bahwa minat belajar peserta didik khususnya kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan terhadap bidang studi pendidikan agama Islam  secara mayoritas tergolong kurang. Hal ini dapat dilihat dari jawaban tersebut di atas yang secara mayoritas menjawab tidak pernah dan kadang-kadang. Kondisi di atas disebabkan beberapa  macam faktor yang menyebabkan peserta didik kurang memiliki minat belajar yang tinggi. Kondisi inilah yang memotivasi penulis untuk mengungkap secara lebih tajam dan konperehensif dalam sebuah karya tulis ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Menurut Suryadi Suryabrata, yang dimaksud masalah adalah "adanya kesenjangan antara dassolen (yang seharusnya) dan dassein (kenyataan yang terjadi), ada perbedaan yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, antara harapan dan kenyataan yang sebenarnya".[17]
Jadi yang dimaksud dengan masalah adalah adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan. Oleh sebab itu masalah perlu dipecahkan dan dicarikan jalan keluar untuk mengatasinya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang penulis rumuskan adalah sebagai berikut "Bagaimana usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik di SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan"?.

 

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah  sebagai berikut :
1.       Untuk mengetahui usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik di SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
2.       Ingin mengetahui berbagai macam faktor yang mempengaruhi usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik di SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah
1.       Secara teoritis penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi positif dan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan upaya guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik khususnya pelajaran pendidikan agama Islam.

D.  Metode Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah "seluruh penduduk/obyek yang dimaksudkan untuk diselidiki atau diteliti".[18]
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah seluruh individu baik itu merupakan orang dewasa, peserta didik atau anak-anak dan objek lain sebagai sasaran penelitian tertentu.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah 89 peserta didik. Adapun latar belakang mengapa kelas I, II dan III tidak dijadikan populasi dalam penelitian adalah karena menurut asumsi penulis belum dapat menjawab kuesioner yang dibagikan sedangkan kelas VI dikhawatirkan akan mengganggu persiapan ujian akhir baik ujian nasional maupun ujian sekolah dan ujian-ujian lainnya.
Mengingat jumlah populasi kurang dari seratus orang, maka dalam penelitian ini semua populasi tersebut dijadikan obyek penelitian, sehingga penelitian bernama penelitian populasi, hal ini sesuai  dengan pendapatnya Suharsimi Arikunto bahwa "jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya berupa penelitian populasi, tetapi jika subyeknya lebih besar dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 atau 20 - 25  atau lebih".[19]
Berdasarkan pendapat di atas penulis menetapkan anggota sampel dalam penelitian ini berjumlah 89 peserta didik.
2.  Alat Pengumpul Data
  1. Metode Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah "suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa lembaran formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek penelitian untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis yang dibutuhkan"[20].
Pendapat lain menyatakan bahwa kuesioner adalah "merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu bidang, dengan demikian maka kuesioner diperoleh data berupa jawaban-jawaban dari responden".[21]
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis untuk mendapatkan jawaban suatu permasalahan tertentu serta untuk mendapatkan fakta-fakta dan informasi tentang diri responden serta untuk mendapatkan data tentang keberadaan suatu obyek yang diteliti.
Apabila ditinjau dari segi pemakaiannya, kuesioner dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.       Kuesioner langsung adalah jika pertanyaan langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinan atau dimintai untuk menceritakan tentang keadaan diri sendiri.
b.      Kuesioner tak langsung adalah jika daftar pertanyaan dikirim kepada seseorang (responden) yang menceritakan dengan  apa adanya tentang keadaan orang lain.[22]

Adapun kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner langsung yang ditujukan kepada peserta didik kelas IV dan V SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Jenis kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tipe pilihan dimana setiap item terdapat tiga alternatif jawaban yaitu a, b dan c.
Metode ini dijadikan sebagai metode pokok untuk memperoleh data tentang usaha guru pendidikan agam Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
b. Metode Observasi
       Observasi adalah pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena obyek yang diteliti secara obyektif dan hasilnya akan dicatat secara sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang kondisi di lapangan. Sebagaimana pendapat bahwa "observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki".[23]
       Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa metode observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung berbagai kondisi yang terjadi di obyek penelitian.
       Adapun jenis metode observasi berdasarkan peranan yang dimainkan dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk sebagai berikut:
1.      Observasi  partisipan  yaitu  peneliti  adalah  bagian  dari  keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi.
2.      Observasi non partisipan yaitu dalam observasi ini peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang di amati kurang dituntut.[24]

Dalam penelitian ini digunakan jenis observasi non partisipan, dimana peneliti tidak turut  ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi atau diteliti.
Metode ini digunakan untuk mengobservasi usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.
  1. Metode Interview
             Interview adalah "suatu tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri".[25]
Pendapat lain menyatakan bahwa interview adalah "suatu percakapan yang diarahkan kepada suatu masalah tertentu, dan ini merupakan tanya jawab dengan menggunakan lisan dalam dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik, interview sama dengan bincang-bincang".[26]
Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa metode interview merupakan salah satu alat untuk memperoleh informasi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung antar dua orang atau lebih serta dilakukan secara lisan.
Apabila dilihat dari sifat atau teknik pelaksanaannya, maka interview dapat dibagi atas tiga :
1.      Interview terpimpin adalah wawancara yang menggunakan pokok-pokok masalah yang diteliti.
2.      Interview tak terpimpin (bebas) adalah proses wawancara dimana interviewer tidak sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok dari fokus penelitian dan interviewer.
3.      Interview bebas terpimpin adalah kombinasi keduanya, pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.[27]

Dalam penelitian ini digunakan Interview bebas terpimpin yaitu pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.
Metode ini digunakan untuk mewawancarai guru mata pelajaran pendidikan agama Islam tentang usaha guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan minat belajar peserta didik SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan, juga ditujukan kepada Kepala Sekolah sebagai informan untuk mendapatkan data berkenaan dengan kondisi obyektif sekolah.
  1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu proses pengumpulan data dengan cara mencari data-data tertulis sebagai bukti penelitian. Dokumentasi adalah "mencari data mengenai berbagai hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.[28]
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa metode dokumentasi salah satu cara untuk menghimpun data mengenai hal-hal tertentu, melalui catatan-catatan, dokumen yang disusun oleh suatu instansi atau organisasi-organisasi tertentu.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kondisi obyektif SDN 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan seperti sejarah berdirinya, jumlah peserta didik, jumlah guru, bentuk sarana dan prasarana dan lain-lain.
3. Analisa Data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner dari para responden, maka tahap selanjutnya adalah pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Editing adalah pengecekan terhadap data-data dan bahan-bahan yang telah diberikan oleh responden, terutama pengecekan hasil jawaban kuesioner dari peserta didik.
b.      Klasifikasi yaitu upaya mengelompokkan masing-masing jenis data sehingga dengan mudah memilih data yang ada kemudian dihitung jumlah pada masing-masing jenis dan dicari persentasinya dengan rumus sebagai berikut: P =  %  dengan keterangan sebagai berikut :
P = Persentasi/probalitas akan seluruh peristiwa dan probalitas ini dapat diubah   menjadi prosentasi.
 F =   Frekuensi, (besar kemungkinan berhasil tidaknya seluruh peristiwa )
 N =  Jumlah sampel / banyaknya data..[29]
c.       Tabulasi adalah memasukkan data yang telah dihitung persentasinya kedalam sebuah tabel kemudian interpretasi adalah memberikan penafsiran terhadap persentase jawaban kuesioner.
Dari hasil interpretasi itu kemudian digabungkan dengan data yang diperoleh melalui observasi dan interview sehingga dapat dilihat kenyataan/fakta konkret di lapangan dan dianalisa secara induktif sebagaimana pendapat bahwa berpikir induktif yaitu pemikiran yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus kemudian dari fakta-fakta yang khusus tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum.[30]

E. Waktu dan Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut :
1. Pengumpulan data                          : 15 hari
2. Pelaksanaan penelitian                    : 30 hari
3. Pengolahan data                              : 15 hari
4. Penggandaan laporan                      : 05 hari
Jumlah            : 65 hari
Adapun rencana biaya sebesar Rp. 1.950.000,- dengan perincian sebagai berikut :
1. Pengumpulan data                                                  = Rp.  250.000,-
2. Pembelian Buku     :  l0 X Rp. 50.000,-                 = Rp.  500.000,-
3. Transportasi             : 10 X Rp. 20.000,-                 = Rp.   200.000,-
4. Biaya Pengetikan                                                    = Rp.   200.000,-
5. Biaya Ujian                                                             = Rp.   200.000,-
6. Penggandaan Skripsi : 6 exs Rp. 100.000               = Rp.  600.000.-
Jumlah           = Rp.  1.950.000,-













DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono,Statistik Pendidikan, Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2007.
Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan  
            Keluarga, Bulan Bintang Jakarta,1976

Bimo Walkito, Bimbingan dan penyuluhan di Sekolah, Yayasan Penerbit Fakultas
            Psikologi UGM., Yogyakarta, 1985.

Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,
            1997.

Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989.

Kuntjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama,
            Jakarta, 1993.

Muhammad Fuad Al Baihaqy, Sunan Ibnu Majah, Juz Awal Isa Babil Halabi
            Wasyirka, Mesir, 1954.

Muhammad Siddik, Konsep Pendidikan Formal dalam Islam, Fakultas Tarbiyah
            IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2002.

Nana Sujana, Cara Belajar Peserta Didik Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
            Sinar Baru, Bandung, 1989.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 1991.

            , Metodologi Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 1994.

Roestiyah, NK, Didaktik Metodik, Cet III, Bina Aksara, Jakarta, 1986.

            , Masalah Belajar sebagai Suatu Sistem, Rineka Cipta, Jakarta, 2005.

Sadirman, AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada
            Jakarta, 1995




S, Nasution, Didaktif Azas-azas Mengajar, Jamers, Bandung, 1986.

            , Metodologi Penelitian Dasar, Bulan Bintang, Jakarta, 1994.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, 1998.

Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Cet I.

            , Metodologi Pengajaran, Rajawali, Jakarta, 1991.

Sutrisno Hadi, Metodology Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1984,
            Jilid I, hlm. 158.

Siti Partini Suardiman, Psikologi Minat Belajar, Studig, Yogyakarta, 1988.

Tim Penyusun, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
            Sinar Grafika, Jakarta, 2003.

Wayan Nucaksana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,
            1986.

WS. Winkel, Psikologi dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1987.


[1]Muhammad Siddik, Konsep Pendidikan Formal dalam Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2002, hlm. 3.

[2]Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1989.hlm. 862.

[3]Arifin, HM., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang Jakarta, 1976, hlm. 15.
[4]Muhammad Fuad Al Baihaqy, Sunan Ibnu Majah, Juz Awal Isa Babil Halabi Wasyirka, Mesir, 1954, hlm. 81.

[5]Tim Penyusun, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 12.
[6]Bimo Walkito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM., Yogyakarta, 1985, hlm. 126.
[7]Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hlm. 65.
           
[8]Roesstiyah, NK., Didaktik  Metodik, Cet III, Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm. 34

[9]Wayan Nucaksana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 230.
[10]WS. Winkel, Psikologi dan Evaluasi Belajar, Gramedia, Jakarta, 1987., hlm. 194.
[11]Roestiyah, NK., Op. Cit., hlm. 89.
[12]Sumardi Suryabrata, Metodologi Pengajaran, Rajawali, Jakarta, 1991, hlm. 18.

[13]S. Nasution, Didaktif Azas-azas Mengajar, Jamers, Bandung, 1986, hlm. 85.

[14]Ibid., hlm. 85.
[15]Roestiyah, Masalah Belajar sebagai Suatu Sistem, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm 39.

[16]Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta Didik Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 5

[17]Suryadi Suryabrata, Metode Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Cet I, hlm. 68.

[18]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1998, hlm. 115.

[19]Ibid.,hlm. 117.

[20]Kartini Kartono, Op. Cit., hlm. 217.

[21]Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,  1993, hlm. 173.

[22]Sutrisno Hadi, Metodology Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta,  1984, Jilid I,  hlm. 158.

[23]Ibid., hlm. 136.
[24]Koenjaraningrat, Op. Cit., hlm. 189.

[25]Kartini Kartono, Op. Cit.,, hlm. 171.

[26]Ibid., hlm.  71.
[27]Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian,   Bumi Aksara, Jakarta,  1997, hlm. 83-85

[28]Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 202.
[29]Anas Sudijono, Statistik Pendidikan,   Raja Grafindo Persada, Jakarta,  2007, hlm. 43

[30]Sutrisno Hadi, Op. Cit., hlm. 42.

1 komentar:

  1. Miss Sun mengatakan...:

    share... :)

Posting Komentar